Familiar Wife
Lifestyle,  Blog Post

Review Film : Familiar Wife (Sebuah Pelajaran Untuk Selalu Bersyukur)

Film serial drama berjudul Familiar Wife ini sebenarnya udah lama keluar, 2018. Tapi entah mengapa saya selalu teringat dengan film yang baru saya tonton di tahun 2022 ini. Maklumlah, saya kurang suka menonton film serial drama korea apalagi saat tugas dan deadline menumpuk. Ketika senggang dan bosan, barulah saya akan mencari-cari film yang seru untuk ditonton, dan tanpa sengaja saya menemukan serial drama yang satu ini.

Kira-kira kenapa saya sangat terkesan dengan cerita di film ini?

Kalo dipikir-pikir, hampir semua dari kita pengen kembali ke masa lalu, kemudian menyusun kembali hidup kita agar gak berantakan seperti saat ini. iya gak sih? “Coba kalo dulu aja aku memilih jurusan A, pasti sekarang aku sudah seperti si Anu.” atau “Coba kalo dulu aku memilih menikah dengan si B, pasti sekarang hidupku gak sesulit ini.” Pemikiran-pemikiran seperti ini sedikit banyak akan terlintas di benak kita.

Hal inilah yang terjadi di kehidupan aktor utama serial drama Familiar Wife. Joo-Hyuk selaku suami dari Woo-Jin merasa hidupnya seperti di dalam neraka. Rumah tangga yang berantakan, ekonomi yang mencekik, pekerjaan yang melelahkan, hingga istri yang selalu memarahinya membuatnya sangat ingin kembali ke masa lalu.

Benar saja, dengan dua buah coin pemberian seorang kakek tua yang ia lemparkan ke dalam sebuah portal, Joo-Hyuk berhasil kembali ke tahun 2006 saat dirinya pertama kali bertemu dengan Woo-Jin. Hari itu dia berhasil menghindari Woo-Jin sehingga mereka tidak bertemu, Joo-Hyuk kemudian menikah dengan seorang gadis dari keluarga kaya raya dan memiliki kehidupan yang dia impikan selama ini. Istri cantik, kaya raya, kehidupan mewah, dan sejahtera.

Kisah ini ternyata tidak sampai disitu pemirsa. Tanpa sengaja Joo-Hyuk bertemu dengan Woo-Jin yang baru saja masuk menjadi anggota staff baru di kantor tempat Joo-Hyuk bekerja. Tampilan Woo-Jin sangat berbeda dibandingkan saat menjadi istrinya di kehidupannya sebelumnya. Dia melihat Woo-Jin yang manis, baik, berprestasi dan hidupnya bahagia meski masih belum berumah tangga.

Menjadi teman di tempat kerja membuat mereka berdua akrab layaknya teman pada umumnya. Namun pelan-pelan Joo-Hyuk menyadari bahwa sikapnya sendirilah selama ini yang membuat Woo-Jin hidup menderita, dia terlalu egois sebagai suami, tidak pernah bersyukur memiliki istri yang selalu bekerja keras untuk kehidupan rumah tangganya. Dia sadar bahwa sikap egoisnya yang membuat Woo-Jin menjadi seperti singa.

Disamping itu, istrinya pada kehidupan sekarang, yang selama ini dia impikan, bukanlah istri yang cocok untuk keluarganya. Gaya hidup kaya sang istri, kesombongan, dan keangkuhannya membuat Joo-Hyuk beserta keluarganya malah tidak bahagia. Diakhir kehidupannya dengan istri kayanya, orang tua sang istri menjerumuskannya ke dalam kasus hingga dia masuk penjara.

Sadar telah salah jalan, Joo-Hyuk bertekad kembali ke kehidupan lamanya. Memperbaiki kesalahannya pada Woo-Jin dan kembali menjadi suami yang baik. Tapi semua terasa mustahil, dia takut akan menyakiti Woo-Jin lagi untuk yang kedua kalinya. Dia ingin hidup seperti itu saja. Namun, Woo-Jin yang sebelumnya tidak tau dengan apa yang terjadi, akhirnya mendapatkan memory berupa ingatan kehidupannya yang lalu dengan Joo-Hyuk. Cinta nya pada Joo-Hyuk membuatnya nekad mencari coin 2006. Dia ingin kehidupan mereka lebih baik daripada sebelumnya.

Woo-Jin akhirnya berhasil kembali ke tahun 2006. Saat itu, dia mencari Joo-Hyuk yang terus saja menghindar. Waktu berlalu dan Joo-Hyuk terus menghindar hingga menjadi seorang traveler agar tidak bertemu dengan Woo-Jin. Lama kelamaan, mereka dipertemukan juga dalam satu pekerjaan.

Akhir dari cerita ini, mereka kembali saling mencintai dan menikah. Tapi, pernikahan kali ini berbeda, mereka lebih mengerti peran masing-masing dalam rumah tangga, saling menghargai, melakukan kerja sama yang baik sehingga kehidupan rumah tangga mereka lebih baik dan bahagia daripada sebelumnya.

Hikmah yang dapat kita petik dari film ini adalah betapa kita gak akan bisa merubah takdir yang sudah ditetapkan untuk kita. Jangan pernah merasa ingin mendapatkan takdir lain padahal takdir saat ini adalah yang terbaik. Mungkin hanya saja kita yang kurang baik dalam menjalani takdir itu sehingga hidup menjadi terasa mencekam. Bersyukur dengan apa yang kita punya, berusaha memahami setiap kesalahan yang kita lakukan (muhasabah diri), lalu kemudian selalu memperbaiki diri agar apapun yang diamanahkan untuk kita jalani dapat dijalani dengan baik.

7 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *